Pages

Wednesday 23 September 2020

“ Hobby, Cita-Cita Bukanlah suatu Tujuan Akhir”

 Judul “ Hobby, Cita-Cita Bukanlah suatu Tujuan Akhir”

Oleh : Faujiah Nur Br Sinaga, S.Pd

Tenaga Kependidikan SMPN 1 Perhentian Raja

Menurut Pranoto (2004;9) menulis berarti menuangkan pikiran kedalam bentuk tulisan atau menceritakan sesuatu kepada sesuatu kepada orang lain melalui tulisan. Menulis juga dapat diartikan sebagai ungkapan atau ekpresi perasaan yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

Menurut pendapat saya yang mana menulis merupakan suatu ungkapan perasaan dari keadaan nyata disekitar saya yang dituangkan melalui cara menulis.

Begitu juga dengan hobby saya disaat memasuki usia remaja, keinginan yang begitu tinggi untuk menjadi penulis suatu novel hingga saya bersemangat dengan menuliskan cerita-cerita yang saya alami bahkan fenomena-fenomena disekitar saya. Pada masa itu saya menulis segala yang terjadi pada saat saya duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama, saya menceritakan segala hal yang terjadi dari mulanya saya Lulus dengan Murni di SMP tersebut, Pertama masuk sekolah di kota, berkenalan dan memilah teman baru, dan masih banyak lagi.

Sehingga timbullah keinginan nantiknya melanjuti Sekolah Menengah Atas dengan memilih Jurusan Sastra sehingga dapat melanjuti Keperguruan Tinggi nantinya dengan jurusan yang setara. Tetapi, Pemikiran saya tentang menulis seketika terhenti setelah saya menerima Hasil dari Pembelajaran saya, yaitu “Menjadi Guru Pendidikan Agama Islam” dimana saya melihat fenomena yang begitu luarbiasa mengejutkan.

Melihat sifat-sifat kawan sebaya yang dijuluki “Anak Kota” dimana yang jauh dengan nilai-nilai Agamis. Entah karena saya dari kampung yang mana sifat kekeluargaan,saling menghargai dan nilai agama yang masih kental sehingga membuat saya terkejut seketika saya keluar dari kampung saya.

Meskipun saya mulai mengubah hobby saya dengan bertujuan menjadi seorang Guru sesekali saya masih meluangkan apa yang terjadi dengan fenomena sekitar saya. Hingga pada akhirnya setelah hampir menyelesaikan pendidikan dibangku Sekolah Menengah dan akan memasuki Perguruan Tinggi saya tidak sungkan lagi memilih jurusan Pendidikan keguruan saya dapat memilih 3 jurusan pada saat pendaftaran Keperguruan Tinggi saya memutuskan mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam, Bahasa Inggris dan Pendidikan Ekonomi.

Tapi disayangkan pilihan pertama dan kedua saya tidak Lulus dan saya Lulus di jurusan Pendidikan Ekonomi, tapi saya tidak berkecil hati karena dimana tempat saya belajar tersebut masih berbasic Islamiah. Saya tetap mempelajari Ilmu-ilmu di bidang keagamaan.

Masa perkuliahan pun mengubah Cita-cita saya yang telah sekian tahun saya pertahan sekerika Goyah pada masa Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) dimana saya mengajar disalah satu Sekolah Terfavorit di Ibukota saya tinggal, saya mengalami penurunan semangat yang luarbiasa ketika itu sehingga mengubah keinginan saya. Saya mengubah cita-cita saya untuk tidak menjadi guru lagi.

Lalu bagaimana Bisa menjadi Tenaga Kependidikan yang mana masih bernuansa pada Peserta Didik ?

Keterpaksaanlah yang menyeret saya untuk melanjutkan pengalaman hidup saya, dimana saya dapat pilihan untuk mengajar atau duduk di kantor (Tata Usaha). Dengan motivasi kedua orangtua yang membebaskan pilihan ditangan saya. Tidak terasa setahun sudah saya menikmati bekerja dibidang kantor yang berbasic sekolah atau berlatarkan peserta didik.

Pada masa pandemi covid-19 ini sangatlah berat sekali dilalui terutama pada guru-guru senior yang lemah memahami teknologi yang memaksa mereka untuk mempelajari teknologi tersebut. Kita tidak dapat berjumpa dengan sesama guru bahkan peserta didik lagi. Semua pembelajaran berubah menjadi pembelajaran jarak jauh atau yang sering disebut “Daring”.

Sebagai Tenaga Kependidikan yang masih terbilang biasa saja memahami teknologi juga harus mampu membantu guru-guru dalam memahami aplikasi-aplikasi yang membantu pembelajaran online tersebut.

Semua kegiatan yang berada disekolah disulap menjadi pembelajaran dirumah selama masa pandemi covid-19 ini semua dituntut melalui belajar online, ujian online, PPDB online dsb. Semua itu memiliki kelemahan dan kelebihan, banyak keluhan para orangtua mengenai pembelajaran online ini dimana orangtua dituntut memfasilitasi anak-anaknya memiliki gadget serta mengisi pulsa paket internet anak.  Disisi lain pembelajaran online ini tidak menuntut peserta didik untuk menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.

            Keadaan pandemi covid-19 ini juga membuat jarak sesama guru ketika berada di Sekolah, dimana ada yang merasa pandemi covid-19 ini sebagai suatu momok dan ada juga yang merasa biasa saja. Seakan-akan yang merasakan suatu momok mengalami ketakutan akan segala hal. Dan yang merasa biasa saja merasa kejanggalan-kejanggalan terjadi.

 

 =========================================================================

 

Biografi Penulis

Faujiah Nur Br Sinaga, S.Pd, Lulusan S1 Pendidikan Ekonomi UIN SUSKA Riau, Salah satu Tenaga Kependidikan di SMPN 1 Perhentian Raja sejak akhir 2019 lalu. Mulai menulis sejak duduk dibangku SMP melalui coret-coret dibuku sampai memiliki NOTEBOOK masih menulis. tulisan-tulisan pengalaman pribadi yang tidak percaya diri untuk dipublikasikan. Dengan adanya motivasi salah satu Guru di SMPN 1 Perhentian Raja yang memotivasi kembali untuk menulis kembali meskipun semangat menulis belum begitu tinggi.

0 comments:

Post a Comment