Itu quote yang tadi pagi aku
terima, tiba-tiba aku terhenyak dan diam sejenak . Beberapa waktu lalu
aku pernah ada di situasi itu. Bahkan beberapa kali pernah terjebak di
antara rasa keduanya.
Kemarin, rasa
benci pernah begitu penuh didalam ruang hatiku, aku benci dengan semua
yang ada , aku benci dengan semua keadaan yang menimpaku pada saat itu,
dan yang paling parah adalah aku membenci orang yang pernah aku cintai.
Rasa benci itu membuat aku sesak tak berdaya dan menggelepar bagai ikan
kehilangan air. Rasa benci itu membunuhku perlahan.
Tak sadar aku simpan kebencian itu , di
rongga-rongga kecil hati, tapi tak sadar juga ternyata itu telah keluar
sampai mengalir ke pori-pori kulitku dan melenyapkan rasa cinta yang
mungkin dulu terpelihara .
Duh .. kata-kata diatas seperti menampar
aku saat ini. Pada saat membenci itu aku tidak ingin sama sekali
mencintai, apa gunanya ? , tidak akan ada lagi cinta untuk rasa benci
ini. Aku buat sebuah keputusan dengan rasa benci . Hmmm keputusan
yang akhirnya tidak menjadi nyata ketika semua kebencian hilang karena
rasa cinta ternyata lebih mewabah didalam nya . Cinta menunggu saat yang
tepat untuk bersuara.
Jadi benar adanya ketika membenci tetaplah berusaha mencinta . Ketika amarah benci sudah di dada, tetap tanya ruang hatimu tentang cinta mu yang pernah ada .
Di tempat lain,
ketika rasa cinta memang sudah tidak ada , kebencian tidak boleh hadir
menggantinya. Ya aku tidak boleh membencinya , kami bisa bersahabat,
kami bisa bersaudara, kami bisa bersama untuk memberi kebahagian untuk
dua mutiara cinta yang ada.
Hari ini hariku lengkap, kudapatkan cinta dan kulepaskan kebencian .
"Pada saat sakit hati maka tuliskanlah kebencianmu itu di atas pasir, berharap angin maafmu akan menghapus sedikit demi sedikit kebencian itu, dan Bila engkau suka (Cinta) maka tuliskanlah di atas batu, agar kekal abadi selalu bahkan dari terpaan panas amarah, badai kebencian ia akan tetap kokoh dan utuh"
0 comments:
Post a Comment