Apakah anda pernah menangis ? Ataukah anda seorang yang tegar dan tidak pernah menangis ? Ternyata di dalam menangis memberikan efek kesehatan ada mata kita. so, jangan malu jika anda sedang menangis, anda bukan berarti cengeng lho. Jika anda sedang menangis katakan saja sama orang yang melihat anda, bahwa anda sedang terapi kesehatan mata dengan menangis.
Menangislah, jika itu melegakan perasaan, walau tangisan tak mengubah suratan.
Menangislah seandai itu mampu redakan gejolak jiwa, walau sebenarnya tangisan tak berarti tuntaskan kendala yang ada .... (Poejangga. red)
Menangis
bukan sekedar pelampiasan perasaan. Menangis merupakan reaksi atas
tersentuhnya hati oleh sebuah kejadian. Arti air mata yang tercurah saat
menangis merupakan ungkapan perasaan atas kebahagiaan, kekecewaan juga
kesedihan. Tangis adalah anugerah bagi hidup dan hati agar senantiasa
menyadari fitrah kemanusiaan yang begitu indah, tetapi lemah dan tak
berdaya atas kuasa Yang Maha Perkasa. Menjadi refleksi ketiadaan juga
keterbatasan, tiada yang sempurna di dunia dan tak ada keabadiaan atas
fana, semua yang bernyawa akan binasa. Lalu, mengapa kita menangis?
Adakah manfaat air mata kita?
Menangis sudah menjadi identitas manusia sejak dilahirkan, bahkan
bagi bayi, menangis dapat disimbolkan sebagai pemberitahuan bahwa ada
masalah pada bayi, mungkin merasa sakit atau tidak nyaman. Menangis
menjadi hal pertama yang bisa dilakukan generasi Adam dan Hawa di bumi
ini. Sebelum bisa bicara, sebelum mampu tertawa, sebelum siap berjalan,
tangis itu sudah ada pada diri tiap manusia. Tanpa diajarkan pun, semua
bayi, semua anak, semua manusia bisa menangis karena tangis merupakan
fitrah yang melekat pada kemanusiaan. Tangis merupakan bentuk kepekaan
yang bisa menjadi alat pendeteksi perasaan seseorang. Ketika menangis,
biarkan menangis, jangan dipendam. Menangis bukanlah kesalahan yang
harus dihakimi. Menangis itu kebebasan jiwa untuk mengungkapakan
perasaan yang tersimpan, yang tersisa dan terbiar di dasar keinginan.
Terlepas dari berbagai alasan yang melatarbelakangi tangisan,
aktivitas mengeluarkan air mata ini ternyata memberikan manfaat, baik
secara psikologis, sosial, medis maupun spiritual. Hal ini didasarkan
pada beberapa penelitian para ilmuwan yang mengaitkan aktivitas menangis
dengan efek psikologis dan medis.
Secara psikologis, menangis mampu membuat perasaan menjadi lebih
baik, nyaman, dan tenang karena tangisan dapat membantu menyingkirkan
kimiawi stres dalam tubuh. Berkaitan dengan ini, ada 4 manfaat menangis.
1. Meningkatkan mood
Menangis bisa menurunkan tingkat depresi seseorang. Dengan menangis, mood akan terangkat kembali. Air mata yang dihasilkan dari tipe menangis karena luapan perasaan atau emosi mengandung 24% protein albumin
yang bermanfaat dalam mengatur kembali sistem metabolisme tubuh. Air
mata tipe ini jelas lebih baik dibanding air mata yang dihasilkan dari
iritasi mata.
2. Mengurangi stress
Penelitian menyatakan bahwa air mata ternyata juga mengeluarkan
hormon stres yang terdapat dalam tubuh yaitu endorphin
leucine-enkaphalin dan prolactin.
3. Melegakan perasaan
Sepertinya, setiap orang merasakan hal ini setelah menangis. Setelah
menangis, berbagai masalah dan cobaan yang mendera, kekesalan dan amarah
yang menyesak, serta goresan sakit hati biasanya berkurang dan
muncullah perasaan lega.
Perasaan lega yang dialami seseorang setelah menangis muncul karena sistem limbik, otak dan jantung menjadi lancar. Karena itu, keluarkanlah masalah di pikiran dengan menangis, jangan dipendam karena bisa menjadi tangisan yang meledak-ledak. Malu menagis sesak di dada, tertahan menjadi ganjalan perasaan yang sewaktu-waktu bisa memporakporandakan pertahanan jiwa, rasa bahkan raga.
Perasaan lega yang dialami seseorang setelah menangis muncul karena sistem limbik, otak dan jantung menjadi lancar. Karena itu, keluarkanlah masalah di pikiran dengan menangis, jangan dipendam karena bisa menjadi tangisan yang meledak-ledak. Malu menagis sesak di dada, tertahan menjadi ganjalan perasaan yang sewaktu-waktu bisa memporakporandakan pertahanan jiwa, rasa bahkan raga.
4. Menjadi penghalang agresivitas
Orang yang sedang memuncak tingkat emosinya, meletup amarahnya
biasanya akan berlaku dan bersikap lebih agresif bahkan bisa berdampak
destruktif. Emosi yang diluapkan dengan menangis mampu menjadi
penghalang agresivitas. Seperti yang diungkapkan Oren Hasson,
seorang ilmuwan dari Univesitas Tel Aviv, Israel, bahwa dengan air
mata, seseorang sebenarnya tengah menurunkan mekanisme pertahanan
dirinya dan memberikan simbol dirinya tengah menyerah.
Pernyataan Orren Hasson mengenai turunnya
agresivitas seseorang dengan menagis bisa memberikan sebuah kausalitas
terhadap keberadaan dan hubungan seseorang secara sosial. Menangis bisa
membantu seseorang membangun sebuah komunitas. Biasanya seseorang
menangis setelah menceritakan masalahnya kepada teman-temannya atau
seseorang yang bisa memberikan dukungan, dan hal ini bisa meningkatkan
kemampuan berkomunikasi dan juga bersosialisasi.
Dengan demikian,
hubungan sosial bisa menjadi lebih dekat, sehingga mampu memupuk
persahabatan yang lebih langgeng. Dalam hubungan kelompok seperti
persahabatan atau pertemanan, menangis bisa dianggap sebagai bentuk
keterpaduan antara satu dengan lainnya.
Bahkan ada beberapa kasus yang
mengidentifikasikan bahwa menangis bisa menimbulkan empati seorang musuh
untuk tidak menyerang lawannya. Air mata bisa menjadi senjata yang
meluruhkan amarah dan kebencian bahkan mungkin peperangan (tentunya
bukan air mata buaya!). Karena alasan inilah maka banyak jiwa yang luluh
karena tangisan, tersentuh, tergugah bahkan terbelenggu tangisan
seseorang..
Meski demikian, menangis tidak akan selalu manjur dalam beberapa
kondisi. Oleh sebab itu dalam beberapa kesempatan menangis justru tak
dapat memberikan dampak seperti yang diperkirakan.
Bahkan sebaiknya
dihindari. Dalam bekerja misalnya, aktifitas menangis bahkan sebaiknya
tak perlu ditampakkan. Mungkin dalam bekerja menangis justru akan
ditanggapi sebagai bentuk kelemahan dan sifat menyerah yang sangat
dijauhi dalam dunia kerja. Tapi mungkin tak berlaku untuk profesi yang
menuntut empati
Dari segi medis, kegiatan mengundang dan mencurahkan air mata ini
memiliki beberapa manfaat untuk kesehatan, khususnya mata. Manfaat
tersebut sebagaimana dikutif dari Beliefnet di antaranya :
- Membantu penglihatan. Cairan yang keluar dari mata dapat mencegah dehidrasi pada membran mata yang bisa membuat penglihatan menjadi kabur.
- Membunuh bakteri. Air mata berfungsi sebagai antibakteri alami. Tanpa obat tetes mata, sebenarnya mata sudah mempunyai proteksi sendiri. Di dalam air mata terkandung cairan yang disebut dengan lisozom yang dapat membunuh sekitar 90-95 % bakteri yang tertinggal hanya dalam 5 menit. Misalnya, bakteri yang terserap dari keyboard komputer, pegangan tangga, bersin, serta tempat-tempat yang mengandung bakteri.
- Mengeluarkan racun. William Frey, seorang ahli biokimia yang telah melakukan beberapa studi tentang air mata menyatakan bahwa air mata yang keluar saat menangis karena faktor emosional ternyata mengandung racun. Jadi, keluarnya air mata yang beracun itu menandakan bahwa racun dari dalam tubuh terbawa dan dikeluarkan melalui mata.
- Membantu melawan penyakit. Selain menurunkan level stres, air mata juga membantu melawan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh stres seperti tekanan darah tinggi. Bagaimanapun, perasaan tertekan dan tersakiti bisa membuat seseorang stres. Endapan stres yang terpendam dengan menahan tangisan inilah yang sering menimbulkan gejala tekanan darah tinggi dan penyakit lainnya yang dipicu oleh stres.
Menangis tak selalu identik dengan sosok perempuan. Setiap raga yang
memiliki jiwa pasti pernah menangis, setidaknya menangis dalam hati,
menangis ketika masih bayi, dan menangis di hadapan Tuhan. Tangisan
tidak selalu berarti kerapuhan, kecengengan atau kelemahan seseorang.
Jika tangisan bisa melemahkan seseorang, tangisan pun bisa menguatkan
ketegaran seseorang untuk berjuang. Dalam kepasrahan yang dalam,
tangisan mampu mengembalikan kesadaran seseorang kan fitrahnya sebagai
manusia dan hamba Yang Maha Sempurna, sehingga tangisan mampu melarutkan
sebuah jiwa dalam doa yang khusyuk, taubat yang sesungguhnya hingga
totalitas penyerahan diri kepada Tuhan.. Ini yang disebut tangisan
spiritual.Tangisan ini yang senantiasa dicurahkan oleh para Utusan Tuhan
serta kaum yang beriman. Menjadi pengantar kesadaran akan
ketidakberdayaan, kelemahan dan kelalaian dalam menghamba. Menjadi
penutur sujud, penyerahan dan kepasrahan dalam taubat demi mengharap
maaf Yang Maha Pemaaf..Ketika Adam dan Hawa diturunkan ke bumi secara
terpisah mereka menangis. Tangis taubat sepasang insan ini merupakan refleksi kesadaran dan realisasi sesal atas dosa yang telah mereka lakukan. Robbana Ya Robbana dzolamna anfusana waillam tagfir lana watarhamna lana kunanna minal khosirin.
Mereka pun kembali menangis saat dipertemukan dan dipersatukan kembali
oleh Yang Maha Pengampun untuk melahirkan generasi manusia. Tangis
bahagia mereka menjadi ungkapan rasa syukur atas kebesaran-Nya.
Kita sering menangis ketika hati terluka, curhat__mengadukan sejuta
masalah, meminta selaksa kemudahan, memohon segudang rezeki dalam hidup
kita atau sekedar menyatakan ketidakmampuan menghadapi cobaan hidup
kepada Yang Maha Hiidup. Setelah mengadukan semua kepada-Nya, ada
setitik tenang dalam hati, setetes spirit untuk kembali memberdayakan
ikhtiar hidup di atas keyakinan akan pertolongan-Nya. Doa, dzikir dan
air mata mampu menutrisi hati untuk kembali menafaskan-Nya. Di sanalah
fitrah itu berkarya, menumbuhkan rasa sakit, menyisipkan luka dan
kecewa, memekarkan kebahagiaan, dalam sebuah tangisan yang bermakna agar
kita menyadari eksistensi dan kekuasaan Yang Maha Kuasa. Karena itu,
menangis yang utama ialah menangis karena dosa, dan tangis yang sempurna
adalah tangisan demi Yang Maha Cinta.
Tuhan tidak pernah menghakimi makhluk-Nya. Segala derita dan kemelut
masalah bukan karena kehendak dan takdir semata, melainkan karena
perbuatan kita sendiri. Maka, jangan menghakimi sebuah tangisan dan
bijaklah menghadapi tangisan karena kita tak pernah benar-benar tahu
dalamnya rasa hati seseorang. Biarkan menangis. Jika tak mampu
meredakan, diamlah. Bila tak ingin menyaksikan, tinggalkan sejenak
hingga ia menemukan ruang yang tenang. Mungkin ia butuh waktu untuk
meluapkan perasaan. Mungkin juga butuh jeda untuk berdamai dengan
perasaan dan kenyataan hingga ia mampu untuk mengungkapkan alasan
(karena manusia senantiasa mempertanyakan alasan). Itulah bentuk
apresiasi atas tangisan, tak perlu selalu dengan kata-kata karena di
suatu keadaan sikap dan perlakuan lebih menunjukkan pengertian dan
penghargaan.
Hidup dan para pemeran cerita kehidupan butuh apresiasi
karena dengan mengapresiasi kehidupan kita akan menemukan makna hidup.
Memberi apresiasi yang pantas untuk sebuah tangisan pun merupakan wujud
memahami dan mengerti hati orang-orang yang kita cintai.
Menangislah, tapi jangan menangisi untuk mempertanyakan keadilan
Tuhan dalam ekspresi ratapan, serta reaksi ketidakyakinan atas kebesaran
Yang Maha Besar. Dengan atau tanpa air mata, tangis tetaplah tangis
yang mengekspresikan perasaan atas kenyataan, atas keadaan. referensi : www.lintasberita.com; kotametropolis.com
0 comments:
Post a Comment