Judul “ Hobby, Cita-Cita Bukanlah suatu Tujuan Akhir”
Oleh
: Faujiah Nur Br Sinaga, S.Pd
Tenaga
Kependidikan SMPN 1 Perhentian Raja
Menurut
Pranoto (2004;9) menulis berarti menuangkan pikiran kedalam bentuk tulisan atau
menceritakan sesuatu kepada sesuatu kepada orang lain melalui tulisan. Menulis
juga dapat diartikan sebagai ungkapan atau ekpresi perasaan yang dituangkan
dalam bentuk tulisan.
Menurut
pendapat saya yang mana menulis merupakan suatu ungkapan perasaan dari keadaan
nyata disekitar saya yang dituangkan melalui cara menulis.
Begitu
juga dengan hobby saya disaat memasuki usia remaja, keinginan yang begitu
tinggi untuk menjadi penulis suatu novel hingga saya bersemangat dengan
menuliskan cerita-cerita yang saya alami bahkan fenomena-fenomena disekitar
saya. Pada masa itu saya menulis segala yang terjadi pada saat saya duduk
dibangku Sekolah Menengah Pertama, saya menceritakan segala hal yang terjadi
dari mulanya saya Lulus dengan Murni di SMP tersebut, Pertama masuk sekolah di
kota, berkenalan dan memilah teman baru, dan masih banyak lagi.
Sehingga
timbullah keinginan nantiknya melanjuti Sekolah Menengah Atas dengan memilih
Jurusan Sastra sehingga dapat melanjuti Keperguruan Tinggi nantinya dengan
jurusan yang setara. Tetapi, Pemikiran saya tentang menulis seketika terhenti
setelah saya menerima Hasil dari Pembelajaran saya, yaitu “Menjadi Guru
Pendidikan Agama Islam” dimana saya melihat fenomena yang begitu luarbiasa
mengejutkan.
Melihat
sifat-sifat kawan sebaya yang dijuluki “Anak Kota” dimana yang jauh dengan
nilai-nilai Agamis. Entah karena saya dari kampung yang mana sifat
kekeluargaan,saling menghargai dan nilai agama yang masih kental sehingga
membuat saya terkejut seketika saya keluar dari kampung saya.
Meskipun
saya mulai mengubah hobby saya dengan bertujuan menjadi seorang Guru sesekali
saya masih meluangkan apa yang terjadi dengan fenomena sekitar saya. Hingga
pada akhirnya setelah hampir menyelesaikan pendidikan dibangku Sekolah Menengah
dan akan memasuki Perguruan Tinggi saya tidak sungkan lagi memilih jurusan
Pendidikan keguruan saya dapat memilih 3 jurusan pada saat pendaftaran
Keperguruan Tinggi saya memutuskan mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam,
Bahasa Inggris dan Pendidikan Ekonomi.
Tapi
disayangkan pilihan pertama dan kedua saya tidak Lulus dan saya Lulus di
jurusan Pendidikan Ekonomi, tapi saya tidak berkecil hati karena dimana tempat
saya belajar tersebut masih berbasic Islamiah. Saya tetap mempelajari Ilmu-ilmu
di bidang keagamaan.
Masa
perkuliahan pun mengubah Cita-cita saya yang telah sekian tahun saya pertahan
sekerika Goyah pada masa Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) dimana saya mengajar
disalah satu Sekolah Terfavorit di Ibukota saya tinggal, saya mengalami
penurunan semangat yang luarbiasa ketika itu sehingga mengubah keinginan saya. Saya
mengubah cita-cita saya untuk tidak menjadi guru lagi.
Lalu
bagaimana Bisa menjadi Tenaga Kependidikan yang mana masih bernuansa pada
Peserta Didik ?
Keterpaksaanlah
yang menyeret saya untuk melanjutkan pengalaman hidup saya, dimana saya dapat
pilihan untuk mengajar atau duduk di kantor (Tata Usaha). Dengan motivasi kedua
orangtua yang membebaskan pilihan ditangan saya. Tidak terasa setahun sudah
saya menikmati bekerja dibidang kantor yang berbasic sekolah atau berlatarkan
peserta didik.
Pada
masa pandemi covid-19 ini sangatlah berat sekali dilalui terutama pada
guru-guru senior yang lemah memahami teknologi yang memaksa mereka untuk
mempelajari teknologi tersebut. Kita tidak dapat berjumpa dengan sesama guru
bahkan peserta didik lagi. Semua pembelajaran berubah menjadi pembelajaran
jarak jauh atau yang sering disebut “Daring”.
Sebagai
Tenaga Kependidikan yang masih terbilang biasa saja memahami teknologi juga
harus mampu membantu guru-guru dalam memahami aplikasi-aplikasi yang membantu
pembelajaran online tersebut.
Semua
kegiatan yang berada disekolah disulap menjadi pembelajaran dirumah selama masa
pandemi covid-19 ini semua dituntut melalui belajar online, ujian online, PPDB
online dsb. Semua itu memiliki kelemahan dan kelebihan, banyak keluhan para
orangtua mengenai pembelajaran online ini dimana orangtua dituntut
memfasilitasi anak-anaknya memiliki gadget serta mengisi pulsa paket internet
anak. Disisi lain pembelajaran online
ini tidak menuntut peserta didik untuk menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
Keadaan pandemi covid-19 ini juga
membuat jarak sesama guru ketika berada di Sekolah, dimana ada yang merasa
pandemi covid-19 ini sebagai suatu momok dan ada juga yang merasa biasa saja.
Seakan-akan yang merasakan suatu momok mengalami ketakutan akan segala hal. Dan
yang merasa biasa saja merasa kejanggalan-kejanggalan terjadi.
Biografi Penulis
Faujiah Nur Br Sinaga, S.Pd, Lulusan S1 Pendidikan Ekonomi UIN SUSKA Riau, Salah satu Tenaga Kependidikan di SMPN 1 Perhentian Raja sejak akhir 2019 lalu. Mulai menulis sejak duduk dibangku SMP melalui coret-coret dibuku sampai memiliki NOTEBOOK masih menulis. tulisan-tulisan pengalaman pribadi yang tidak percaya diri untuk dipublikasikan. Dengan adanya motivasi salah satu Guru di SMPN 1 Perhentian Raja yang memotivasi kembali untuk menulis kembali meskipun semangat menulis belum begitu tinggi.
No comments:
Post a Comment